Diriwayatkan oleh Jalaludin al-Suyuthi dalam Tafsir al-Durr al-Mantsur, sebuah dialog antara Nabi besar Muhammad saw sebagai imam dan para sahabatnya sebagai makmum setelah melaksanakan sholat berjama’ah yang haditsnya telah digubah menjadi bentuk puisi:
Usai salat kau pandangi kami
Masih dengan senyum yang sejuk itu
Cahayamu, ya Rasul Allah, tak mungkin kulupakan
Ingin kubenamkan setetes diriku dalam samudra dirimu
Ingin kujatuhkan sebutir debuku dalam sahara tak terhinggamu
Kudengar kau berkata lirih:
Ayyul khalqi a’jabu ilaikum imanan?
Siapa mahluk yang imannya paling mempesona?
Malaikat, Ya Rasul Allah
Bagaimana malaikat tak beriman, bukankah mereka berada di samping Tuhan?
Para nabi, Ya Rasul Allah
Bagaimana nabi tak beriman, bukankah kepada mereka turun wahyu Tuhan?
Kami, para sahabatmu, Ya Rasul Allah
Bagaimana kalian tidak beriman, bukankah aku ditengah-tengah kalian?
Telah kalian saksikan apa yang kalian saksikan
Kalau begitu, siapakah mereka Ya Rasul Allah?
Langit Madinah bening
Bumi Madinah hening
Kami termangu
Siapa gerangan mereka yang imannya paling mempesona?
Kutahan napasku, kuhentikan detak jantungku, kudengar sabdamu
Yang paling menakjubkan imannya
Mereka yang datang sesudahku beriman padaku,
Padahal tidak pernah melihatku dan berjumpa denganku
Yang paling mempesona imannya
Mereka yang tiba setelah aku tiada yang membenarkanku
Tanpa pernah melihatku
Bukankah kami ini saudaramu juga, Ya Rasul Allah?
Kalian sahabat-sahabatku
Saudaraku adalah mereka yang tidak pernah berjumpa denganku
Mereka beriman pada yang ghaib, mendirikan salat
Menginfakkan sebagian rezeki yang Kami beriman kepada mereka
Kami terpaku
Langit madinah bening
Bumi madinah hening
Kudengar lagi engkau berkata:
Alangkah bahagianya aku memenuhi mereka
Suaramu parau, butir-butir air matamu tergenang
Kau rindukan mereka, Ya Rasul Allah
Kau dambakan pertemuan dengan mereka ya Nabi Allah
Assalamu’alaika ayyuhan Nabi wa rahmatullahi wa barakatuh
Dari hadits di atas secara logika kita bisa menilai bahwa apabila kita beriman pada Nabi Muhammad saw dengan sebenar-benarnya maka insya Allah akan ada penilaian tersendiri dari Allah, sebuah kelas tersendiri yang membedakan kita (umat yang ada di dunia ini sesudah Nabi tiada) terhadap sahabat nabi, nabi-nabi yang sebelumnya, bahkan malaikat sekalipun, sebuah kelas yang spesial di mata Allah.
Rasulullah saw bersabda: “Ada 3 hal yang bila ada semuanya pada diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman: pertama, Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari apapun selain keduanya; kedua, ia mencintai orang semata-mata karena Allah; dan ketiga, ia benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya seperti ia benci untuk dilemparkan kedalam api neraka.” (Shahih al-Bukhari)